Sabtu, 11 Mei 2013

Forgive Me !!


Tepat 3 tahun sudah aku tidak pernah mengenal sosok Gabriellexy Evora Syitta, teman se-SMP aku yang pernah menjadi my close friend. Namun, karena kompetisi sastra inggris yang diadakan sekolah ku itu, kami bersaing dengan tidak sportive, hingga akhirnya kami bertengkar hebat karena pemenang kompetisi itu adalah dia, Evora. Dan dalam hati kecilku, aku kurang terima dengan semua itu karena dia menang karena bisa menghasut para juri dengan uangnya yang berlimpah. Sangat berbeda dengan aku yang tak memiliki apapun.
Untuk apa aku mengingat kejadian 3 tahun silam, itu tidak ada untungnya untuk aku. Lebih baik aku focus menatap masa depan yang lebih baik dengan belajar dari masa lalu yang kurang baik.
Kini aku telah duduk di kelas 12 di SMK Wira Bangsa Bandung. Memang, tempat tinggal ku bukan di kota ini, memang aku tinggal di Jakarta Barat. Aku bersekolah di kota ini atas kemauan ku sendiri, karena aku ingin pergi dari Jakarta Barat dan ingin menghindar dari pertengkaran yang tidak ada habisnya dengan Evora.
Gak terasa sudah 3 tahun aku menjadi anak kost di kota ini. Aku sangat ingin kembali ke Jakarta Barat lagi. Berkumpul dengan keluarga dan teman-teman ku yang dulu. Namun, aku sangat tidak ingin bertamu Evora, cewek yang gak punya etika itu, dia non Islam, berbeda kepercayaan denganku.
“Ahiraaa… kamu kok gak keluar kamar sama sekali siiiih…. Keluar dong, ajarin aku Bahasa Inggris, susah banget ini Ra…” Trephy teriak-teriak manggil aku dari tadi. Okelah, aku keluar kamar dan ajarin dia bahasa Inggris bentar, karena mulai besok aku udah Ujian Nasional.
“Ya ampun Phy… besok kan mata pelajaran bahasa Indonesia, bukannya bahasa Inggris, jadi nyantai aja kaliiii…” ucapku cuek.
“Iiiihh… kebanyakan ngomel nih anak. Udah, ini apa maksudnya, terus formula rumusnya kayak gimana biar bisa jadi sentence yang bener?”
Dan akhirnya kami belajar bareng dengan tenang walaupun cuma sebentar.
***
“Raaa…… aku takut banget Raa..” ucap Trephy gelisah.
“iidiihh, Trephy ku sayaang,, lebay banget sih ini anak.” Jawabku jengkel karena Trephy gak bisa berhenti mengeluh dan ketakutan.
“Kalo’ nama aku gak ada di papan pengumuman ntar gimana?, soalnya kan aku dulu waktu Ujian yang paling aku nggak bisa ya itu, Bahasa Inggris Ra… kamu enak bisa tenang-tenang gitu, gimana aku Raa…”
“Kamu tenang aja. Aku yakin nama kamu pasti ada di papan pengumuman ntar. Tunggu aja deh. Beberapa menit lagi ini.” Aku mencoba menenangkan Trephy saat menunggu hasil pengumuman kelulusan pagi ini.
Saat seorang guru keluar dari sebuah ruang diskusi, beliau terlihat membawa beberapa lembaran kertas pengumuman kelulusan dan menempelkannya di papan pengumuman. Tanpa banyak bicara, aku langsung lari menuju papan pengumuman dan meninggalkan Trephy sendiri yang sedang kepanikan gak jelas.
“Yuuhuuuiii….” Sorakku seraya membalik badan dan mencoba keluar dari sela-sela siswa yang persis kayak orang-orang lagi demo inflasi di pemerintahan.
“Namaku gimana Ra ?” Tanya Trephy memelas.
“Nama kamuuu..” aku menarik nafas panjang. “huuuuhh… maaf banget Phy, nama kamu….. ADAAA..” ucapku mengagetkan Trephy dari ketermurungannya.
“Beneran ??... serius?... kamu gak bo’ong?” Tanya Trephy sedikit kurang yakin.
“Mulai gak percayaan sama aku ni kayaknya…?”
“Aku percaya 1000% sama kamu Ahira ku sayaaang… aku seneng banget ini…”
“Iya iyya iyaaa… gak pakek meluk-meluk aku juga kaliiii..” aku menghindar dari si Trephy satu itu. Karena dia sering gak tau situasi kondisi sih, maen peluk-peluk aja kalo’ lagi seneng gitu.
Setelah puas dengan Ijazah yang berhasil aku terima hari ini. Aku pulang ke kost bareng Trephy. Dia belum selesai juga telefon mamanya yang ada di Sumenep buat kasih kabar kelulusannya. Lain dengan aku, Mama dan Ayah akan sampai kesini sore ini. Untuk mengurusi kelanjutan sekolah aku.
***
“Phy… kamu mau ke Universitas apa setelah ini?” tanyaku pada Trephy yang sedari tadi hanya senyum-senyum nggak jelas.
“Hmmmb… aku mau coba ikut seleksi di UI Raa… kamu juga yaa?, apa kamu mau lanjutin nglamar kerja di tempat PSG kamu dulu?”
“Enggak, aku belum punya pandangan sama sekali Phy, nunggu Mama sama Ayah dateng aja deh.”
“Ya kalo’ aku saranin nih ya, lebih baik kamu kuliah dulu aja, coba ikut seleksi di UI, ambil jurusan sastra Inggris aja…”
“Enggak akan mungkin aku balik ke Jakarta. Benci banget aku sama kota itu. Orangnya gak ada yang punya hati Phy.”
“Sabar aja sama si Evora itu. Mungkin aja dia sekarang udah sadar atas kesalahannya.”
“Tau’ lahh …. Males aku bahas soal 3 tahun silam yang udah meniadakan nama aku di kompetisi penting itu.”
***
Mama sama Ayah cuma mampir doang ternyata kesini itu. Mereka ingin aku buat balik ke Jakarta lagi. Tapi aku sudah memiliki rencana sendiri. Aku akan tetap di Bandung untuk beberapa lama. Aku ingin tau bagaimana rasanya hidup sendiri disini, tanpa orang tua. Dan ingin mencari uang sendiri dengan usahaku sendiri.
Sebenarnya aku dengan mudah bisa masuk di perusahaan tempat aku PSG dulu. Tapi disana aku kurang nyaman karena tiap tahun akan ada PHK. Jadi, aku gak mau kerja disana, daripada akhirnya aku kena PHP dari perusahaan itu.
Aku terus berfikir memeras otak, apa yang harus aku lakukan sekarang, aku tidak tau harus mencari pekerjaan dimana dan pekerjaan apa yang harus aku tekuni. Hari ini juga aku harus mendapatkan suatu pekerjaan yang halal, meski sore ini telah menunjukkan pukul 5 sore. Aku tetap menelusuri jalan dan berharap ada Banner lowongan pekerjaan di sepanjang jalan.
“Mbaak…” aku menoleh ke asal suara. “Sedang apa mbak sore-sore begini ada di halte. Hari sudah menjelang maghrib lho mbak. Banyak orang tidak bertanggung jawab disini.” Tutur seorang wanita berketurunan China padaku.
“Saya harus mencari pekerjaan sekarang Bu.” Jawabku.
“Pekerjaan?... kebetulan saya punya pekerjaan yang cocok buat kamu..”
“Benarkah?, pekerjaan apa Bu…? Saya mau.. asalkan itu halal.”
“Menjadi perias mayat Mbak… untuk orang Non Islam, mau ?”
“Hmmmb… karena saya sangat butuh pekerjaan. Saya mau jadi perias mayat Bu.”
“Waahh… syukurlah, saya senang bisa memberi pekerjaan untuk kamu. Ini alamat tempat kamu bekerja. Datang jam 7 pagi besok. Oke?.. saya mau pergi ke toko itu dulu. Sampai jumpa besok.”
“Iya Bu… terima kasih banyak atas pertolongan anda …” teriakku.
Aku langsung pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan pulang ke tempat kost. Tiba-tiba ada suara cewek dengan lembut memanggil namaku.
“Ahira..” spontan aku menoleh mencari asal suara itu.
“Iya..” aku menjawab dengan lirih. Sosok cewek itu mendekatiku. Aku hanya diam di tempat aku berdiri sekarang, mematung… sepertinya aku mengenal sosok cewek itu.
“Ahira, ini aku.. kamu lupa sama aku?”
“kamu sangat familiar sama aku, tapi siapa kamu?”
“Ternyata kamu benar-benar telah melupakan aku Ahira. Aku Evora, teman masa SMP kamu.”
“Evoraaa ??... teman??.. teman macam apa kamu ? haaaa??”
“Jangan sinis dulu, aku berniat baik untuk bicara sama kamu sekarang. Beri aku waktu sebentar saja.”
“Ngomong apa lagi… ngapain kamu ada disini?, kurang puas kamu menjatuhkan aku terus.”
Evora menangis tiba-tiba. “ Aku minta maaf Ra.. aku bener-bener berdosa sama kamu, aku salah Ra.. lupain kejadian 3 tahun lalu itu. Aku pengen jadi sahabat kamu lagi, aku sekarang tinggal di Bandung Ra, aku kuliah di ITB.”
“Maaf Ev, aku belum bisa maafin kamu… ulah kamu sangat keterlaluan ke aku. Kalo’ emang kamu tinggal disini, silahkan.. jangan pernah ganggu hidup aku lagi, jangan pernah kamu temui aku lagi, aku benci punya sahabat kayak kamu yang menusuk dari belakang…” aku pergi meningglkan Evora yang sedang menangis di dekat halte.
***
“Selamat datang dan selamat bergabung dengan kami Ahira.” Sambut Bu Azbet padaku.
“Iya Bu, saya senang bekerja dengan anda.” Jawabku tersenyum.
“Bu Azbet, ada telefon… katanya pagi ini ada cewek yang meninggal dan segera di antar ketempat peristirahatan terakhirnya di tempat kelahirannya Bu. Jadi sekarang kita harus segera merias jasadnya.” Ucap Mbak Checy.
“Owh iya iyyaa… oke!! Berangkat sekarang !!” ajak Bu Azbet padaku. “Ini tugas pertama kamu Ahira. Saya akan membimbing kamu.
“Iya Bu, terima kasih banyak. Mari !!” ajakku untuk berangkat ke tempat jasad cewek itu berada.
***
“Silahkan Bu, dirias secantik mungkin, karena orang tua cewek ini ada di Jakarta, dan secepatnya jasadnya akan segera di antar ke tempat kedua orang tuanya.” Seorang Ibu paruh baya mempersilahkan kami.
Saat aku melihat sosok cewek itu… aku sangat kaget dan tak mengira apapun. Sosok cewek yang semalam aku tolak mentah-mentah permintaan maafnya. Kini dia telah terbujur kaku di hadapanku dan kini aku juga harus meriasnya secantik mungkin. Iya, Evora meninggal. Tapi kenapa semua ini bisa terjadi ?, apa penyebabnya, jelas-jelas semalam dia tidak kenapa-kenapa, dia sehat.
“Dia Evora kan Bu?” tanyaku pada wanita paruh baya itu.
“Iya dia Evora, kamu mengenalnya?” aku tidak langsung menjawab, aku diam dan membiarkan air mataku menetes di gaun putih yang Evora kenakan sekarang. “Evora sahabatku Bu..” aku berkata lirih. “Eeevv… kamu kenapa pergi secepat ini?..”. “Kenapa dia bisa meninggal Bu?”
“Dia terserang penyakit kanker hati Dek. Tolong, dandani sahabat kamu secantik mungkin sebagai tanda terakhir bahwa kamu sangat menyayangi dia. Kasihan dia Dek.”
Evoraaa… maafin akuuu… nggak seharusnya aku semalam berkata kasar sama kamu, maafin aku Ev, aku udah maafin kamu.. aku sayang sama kamu, kamu adalah sahabat terbaik aku. Selamat jalan Evoraa.. Aku akan selalu merindukan kamu. Sampai jumpa Gabriellexy Evora Syitta !!, Aku akan dandani kamu seanggun mungkin, aku sayang sama kamu Ev… Maafin aku !!.. Maafin aku… LL

                                                 By : UER

0 komentar:

© Schreiben | Powered by Blogger