Tepat
3 tahun sudah aku tidak pernah mengenal sosok Gabriellexy Evora Syitta, teman
se-SMP aku yang pernah menjadi my close friend. Namun, karena kompetisi sastra
inggris yang diadakan sekolah ku itu, kami bersaing dengan tidak sportive,
hingga akhirnya kami bertengkar hebat karena pemenang kompetisi itu adalah dia,
Evora. Dan dalam hati kecilku, aku kurang terima dengan semua itu karena dia
menang karena bisa menghasut para juri dengan uangnya yang berlimpah. Sangat
berbeda dengan aku yang tak memiliki apapun.
Untuk
apa aku mengingat kejadian 3 tahun silam, itu tidak ada untungnya untuk aku.
Lebih baik aku focus menatap masa depan yang lebih baik dengan belajar dari
masa lalu yang kurang baik.
Kini
aku telah duduk di kelas 12 di SMK Wira Bangsa Bandung. Memang, tempat tinggal
ku bukan di kota ini, memang aku tinggal di Jakarta Barat. Aku bersekolah di
kota ini atas kemauan ku sendiri, karena aku ingin pergi dari Jakarta Barat dan
ingin menghindar dari pertengkaran yang tidak ada habisnya dengan Evora.
Gak
terasa sudah 3 tahun aku menjadi anak kost di kota ini. Aku sangat ingin
kembali ke Jakarta Barat lagi. Berkumpul dengan keluarga dan teman-teman ku
yang dulu. Namun, aku sangat tidak ingin bertamu Evora, cewek yang gak punya
etika itu, dia non Islam, berbeda kepercayaan denganku.
“Ahiraaa…
kamu kok gak keluar kamar sama sekali siiiih…. Keluar dong, ajarin aku Bahasa
Inggris, susah banget ini Ra…” Trephy teriak-teriak manggil aku dari tadi.
Okelah, aku keluar kamar dan ajarin dia bahasa Inggris bentar, karena mulai
besok aku udah Ujian Nasional.
“Ya
ampun Phy… besok kan mata pelajaran bahasa Indonesia, bukannya bahasa Inggris,
jadi nyantai aja kaliiii…” ucapku cuek.
“Iiiihh…
kebanyakan ngomel nih anak. Udah, ini apa maksudnya, terus formula rumusnya
kayak gimana biar bisa jadi sentence yang bener?”
Dan
akhirnya kami belajar bareng dengan tenang walaupun cuma sebentar.
***
“Raaa……
aku takut banget Raa..” ucap Trephy gelisah.
“iidiihh,
Trephy ku sayaang,, lebay banget sih ini anak.” Jawabku jengkel karena Trephy
gak bisa berhenti mengeluh dan ketakutan.
“Kalo’
nama aku gak ada di papan pengumuman ntar gimana?, soalnya kan aku dulu waktu
Ujian yang paling aku nggak bisa ya itu, Bahasa Inggris Ra… kamu enak bisa
tenang-tenang gitu, gimana aku Raa…”
“Kamu
tenang aja. Aku yakin nama kamu pasti ada di papan pengumuman ntar. Tunggu aja
deh. Beberapa menit lagi ini.” Aku mencoba menenangkan Trephy saat menunggu
hasil pengumuman kelulusan pagi ini.
Saat
seorang guru keluar dari sebuah ruang diskusi, beliau terlihat membawa beberapa
lembaran kertas pengumuman kelulusan dan menempelkannya di papan pengumuman.
Tanpa banyak bicara, aku langsung lari menuju papan pengumuman dan meninggalkan
Trephy sendiri yang sedang kepanikan gak jelas.
“Yuuhuuuiii….”
Sorakku seraya membalik badan dan mencoba keluar dari sela-sela siswa yang
persis kayak orang-orang lagi demo inflasi di pemerintahan.
“Namaku
gimana Ra ?” Tanya Trephy memelas.
“Nama
kamuuu..” aku menarik nafas panjang. “huuuuhh… maaf banget Phy, nama kamu…..
ADAAA..” ucapku mengagetkan Trephy dari ketermurungannya.
“Beneran
??... serius?... kamu gak bo’ong?” Tanya Trephy sedikit kurang yakin.
“Mulai
gak percayaan sama aku ni kayaknya…?”
“Aku
percaya 1000% sama kamu Ahira ku sayaaang… aku seneng banget ini…”
“Iya
iyya iyaaa… gak pakek meluk-meluk aku juga kaliiii..” aku menghindar dari si
Trephy satu itu. Karena dia sering gak tau situasi kondisi sih, maen peluk-peluk
aja kalo’ lagi seneng gitu.
Setelah
puas dengan Ijazah yang berhasil aku terima hari ini. Aku pulang ke kost bareng
Trephy. Dia belum selesai juga telefon mamanya yang ada di Sumenep buat kasih
kabar kelulusannya. Lain dengan aku, Mama dan Ayah akan sampai kesini sore ini.
Untuk mengurusi kelanjutan sekolah aku.
***
“Phy…
kamu mau ke Universitas apa setelah ini?” tanyaku pada Trephy yang sedari tadi
hanya senyum-senyum nggak jelas.
“Hmmmb…
aku mau coba ikut seleksi di UI Raa… kamu juga yaa?, apa kamu mau lanjutin
nglamar kerja di tempat PSG kamu dulu?”
“Enggak,
aku belum punya pandangan sama sekali Phy, nunggu Mama sama Ayah dateng aja
deh.”
“Ya
kalo’ aku saranin nih ya, lebih baik kamu kuliah dulu aja, coba ikut seleksi di
UI, ambil jurusan sastra Inggris aja…”
“Enggak
akan mungkin aku balik ke Jakarta. Benci banget aku sama kota itu. Orangnya gak
ada yang punya hati Phy.”
“Sabar
aja sama si Evora itu. Mungkin aja dia sekarang udah sadar atas kesalahannya.”
“Tau’
lahh …. Males aku bahas soal 3 tahun silam yang udah meniadakan nama aku di
kompetisi penting itu.”
***
Mama
sama Ayah cuma mampir doang ternyata kesini itu. Mereka ingin aku buat balik ke
Jakarta lagi. Tapi aku sudah memiliki rencana sendiri. Aku akan tetap di
Bandung untuk beberapa lama. Aku ingin tau bagaimana rasanya hidup sendiri
disini, tanpa orang tua. Dan ingin mencari uang sendiri dengan usahaku sendiri.
Sebenarnya
aku dengan mudah bisa masuk di perusahaan tempat aku PSG dulu. Tapi disana aku
kurang nyaman karena tiap tahun akan ada PHK. Jadi, aku gak mau kerja disana,
daripada akhirnya aku kena PHP dari perusahaan itu.
Aku
terus berfikir memeras otak, apa yang harus aku lakukan sekarang, aku tidak tau
harus mencari pekerjaan dimana dan pekerjaan apa yang harus aku tekuni. Hari ini
juga aku harus mendapatkan suatu pekerjaan yang halal, meski sore ini telah
menunjukkan pukul 5 sore. Aku tetap menelusuri jalan dan berharap ada Banner
lowongan pekerjaan di sepanjang jalan.
“Mbaak…”
aku menoleh ke asal suara. “Sedang apa mbak sore-sore begini ada di halte. Hari
sudah menjelang maghrib lho mbak. Banyak orang tidak bertanggung jawab disini.”
Tutur seorang wanita berketurunan China padaku.
“Saya
harus mencari pekerjaan sekarang Bu.” Jawabku.
“Pekerjaan?...
kebetulan saya punya pekerjaan yang cocok buat kamu..”
“Benarkah?,
pekerjaan apa Bu…? Saya mau.. asalkan itu halal.”
“Menjadi
perias mayat Mbak… untuk orang Non Islam, mau ?”
“Hmmmb…
karena saya sangat butuh pekerjaan. Saya mau jadi perias mayat Bu.”
“Waahh…
syukurlah, saya senang bisa memberi pekerjaan untuk kamu. Ini alamat tempat
kamu bekerja. Datang jam 7 pagi besok. Oke?.. saya mau pergi ke toko itu dulu.
Sampai jumpa besok.”
“Iya
Bu… terima kasih banyak atas pertolongan anda …” teriakku.
Aku
langsung pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan pulang ke tempat kost.
Tiba-tiba ada suara cewek dengan lembut memanggil namaku.
“Ahira..”
spontan aku menoleh mencari asal suara itu.
“Iya..”
aku menjawab dengan lirih. Sosok cewek itu mendekatiku. Aku hanya diam di
tempat aku berdiri sekarang, mematung… sepertinya aku mengenal sosok cewek itu.
“Ahira,
ini aku.. kamu lupa sama aku?”
“kamu
sangat familiar sama aku, tapi siapa kamu?”
“Ternyata
kamu benar-benar telah melupakan aku Ahira. Aku Evora, teman masa SMP kamu.”
“Evoraaa
??... teman??.. teman macam apa kamu ? haaaa??”
“Jangan
sinis dulu, aku berniat baik untuk bicara sama kamu sekarang. Beri aku waktu
sebentar saja.”
“Ngomong
apa lagi… ngapain kamu ada disini?, kurang puas kamu menjatuhkan aku terus.”
Evora
menangis tiba-tiba. “ Aku minta maaf Ra.. aku bener-bener berdosa sama kamu,
aku salah Ra.. lupain kejadian 3 tahun lalu itu. Aku pengen jadi sahabat kamu
lagi, aku sekarang tinggal di Bandung Ra, aku kuliah di ITB.”
“Maaf
Ev, aku belum bisa maafin kamu… ulah kamu sangat keterlaluan ke aku. Kalo’
emang kamu tinggal disini, silahkan.. jangan pernah ganggu hidup aku lagi,
jangan pernah kamu temui aku lagi, aku benci punya sahabat kayak kamu yang
menusuk dari belakang…” aku pergi meningglkan Evora yang sedang menangis di
dekat halte.
***
“Selamat
datang dan selamat bergabung dengan kami Ahira.” Sambut Bu Azbet padaku.
“Iya
Bu, saya senang bekerja dengan anda.” Jawabku tersenyum.
“Bu
Azbet, ada telefon… katanya pagi ini ada cewek yang meninggal dan segera di
antar ketempat peristirahatan terakhirnya di tempat kelahirannya Bu. Jadi
sekarang kita harus segera merias jasadnya.” Ucap Mbak Checy.
“Owh
iya iyyaa… oke!! Berangkat sekarang !!” ajak Bu Azbet padaku. “Ini tugas
pertama kamu Ahira. Saya akan membimbing kamu.
“Iya
Bu, terima kasih banyak. Mari !!” ajakku untuk berangkat ke tempat jasad cewek
itu berada.
***
“Silahkan
Bu, dirias secantik mungkin, karena orang tua cewek ini ada di Jakarta, dan
secepatnya jasadnya akan segera di antar ke tempat kedua orang tuanya.” Seorang
Ibu paruh baya mempersilahkan kami.
Saat
aku melihat sosok cewek itu… aku sangat kaget dan tak mengira apapun. Sosok
cewek yang semalam aku tolak mentah-mentah permintaan maafnya. Kini dia telah
terbujur kaku di hadapanku dan kini aku juga harus meriasnya secantik mungkin.
Iya, Evora meninggal. Tapi kenapa semua ini bisa terjadi ?, apa penyebabnya,
jelas-jelas semalam dia tidak kenapa-kenapa, dia sehat.
“Dia
Evora kan Bu?” tanyaku pada wanita paruh baya itu.
“Iya
dia Evora, kamu mengenalnya?” aku tidak langsung menjawab, aku diam dan
membiarkan air mataku menetes di gaun putih yang Evora kenakan sekarang. “Evora
sahabatku Bu..” aku berkata lirih. “Eeevv… kamu kenapa pergi secepat ini?..”.
“Kenapa dia bisa meninggal Bu?”
“Dia
terserang penyakit kanker hati Dek. Tolong, dandani sahabat kamu secantik
mungkin sebagai tanda terakhir bahwa kamu sangat menyayangi dia. Kasihan dia
Dek.”
Evoraaa…
maafin akuuu… nggak seharusnya aku semalam berkata kasar sama kamu, maafin aku
Ev, aku udah maafin kamu.. aku sayang sama kamu, kamu adalah sahabat terbaik
aku. Selamat jalan Evoraa.. Aku akan selalu merindukan kamu. Sampai jumpa
Gabriellexy Evora Syitta !!, Aku akan dandani kamu seanggun mungkin, aku sayang
sama kamu Ev… Maafin aku !!.. Maafin aku… LL
By : UER
0 komentar:
Posting Komentar