Disini,
di tempat ini. Aku Helya, berumur 14 tahun dan adikku Wynne berumur 7 tahun
akan melukis kisah hidup yang jauh dari harapan layak. Di tempat yang amat
sangat tak layak berpenghuni, namun bagiku ini adalah istana terindah yang ada
di Dunia, aku lahir disini, aku tumbuh disini, aku bahagia disini, dan aku
berduka disini.
Malam
ini, aku tidak memiliki sepeserpun uang. Aku dan Wynne mungkin malam ini tidak
akan makan malam lagi, seperti kebiasaanku setiap hari, hanya cukup sepiring
berdua dengan Wynne sekali sehari, dan aku rela berpuasa setiap hari demi
adikku bisa menikmati layaknya makanan, walaupun tidak setiap hari.
Di
umurku yang ke-14 ini, aku terpaksa tidak melanjutkan sekolah, karena aku tidak
memiliki biaya untuk itu, untuk makan sehari-hari saja aku harus rela bekerja
banting tulang sebagai tukang panggul di Pasar Raya Bogor, hanya ini yang dapat
aku lakukan untuk bertahan hidup dan menghidupi adikku Wynne.
Ya,
semenjak Ibu dan Ayah meninggal 2 tahun yang lalu, hidupku serasa berubah 1800.
tak ada kata bahagia. Hanya luka yang aku rasakan. Aku tak mau masa depan
adikku jadi tak berarah semenjak Ayah dan Ibu meninggalkan kami. Aku slalu
berusaha mengajarkan Wynne semua pengetahuan yang aku tau, walaupun secara
otodidak.
“Kak,
malam ini aku gak ke balai buat belajar ya kak, aku capek kak, aku mau tidur.
Boleh ya kak ?” Tanya Wynne padaku.
“Iya
dek, nggak apa-apa. Kamu tidur aja dulu, nanti kakak bangunin kamu buat sholat
isya’ dan makan malam. Do’akan kakak supaya kakak bisa cari makan buat kita
malam ini. Kakak pergi dulu ya dek. Assalamu’alaikum..”
“ehh
kakak jangan pergi, aku enggak laper kak, beneran deh… aku gak pengen makan
sekarang, kakak di rumah aja, jangan pergi kak. Kakak istirahar aja. Ntar malem
aja sholat isya’ nya, sambil sholat tahajud juga.” Ucap Wynne.
“hhh…
tapi kan kamu belum makan dari siang dek. Nanti kamu sakit.”
“Enggak kak. Udah kakak tidur juga aja
sekarang, J
“
“Ya
udah deh. Nanti kakak bangunin kamu buat sholat tahajud dan sholat isya’
bareng.”
*****
Alhamdulillah,
siang ini aku bisa membawakan makan siang untuk Wynne di rumah. Sejak kemarin
pagi aku tidak bisa memberikan makanan untuk dia, walaupun Wynne selalu bilang
bahwa dia sudah tidak lapar dan dia bisa berusaha sendiri, tapi ini adalah
tanggung jawabku sebagai kakaknya.
“Kaaak,
Kak Helya…” panggil Echi, sahabat Wynne yang juga tetanggaku.
“Ehh
Echi, ada apa ?, Wynne mana?, ayo kita makan siang bareng-bareng sama kakak
juga. Ini kakak bawain makanan yang cukup untuk bertiga.”
“Enggak
perlu kak. Makasih banyak..” Echi tiba-tiba menangis tanpa sadar dan menangis
hingga tak dapat berkata-kata.
“Echiii…
kamu kenapa?, ada apa sebenarnya?... cerita sama kakak, tenang dulu Echi.
Tenaang. Ada apa?”
“Ayok
cepet pulang kaak. Sekaraaang.” Echi menggandengku sendari berlari dengan penuh
air mata. Aku gak ngerti apa maksud dia sebenarnya. Aku sangat bingung. Setelah
sampai di depan rumahku, aku melihat rumah yang setiap harinya tak ada satupun
yang mengunjungi. Hari itu penuh sesak orang-orang di rumahku. Ada apa
sebenarnya ?
“Kak,
Wynne meninggal kak. Wynne pergi untuk selamanya niggalin kita. Dia udah tenang
sama Ibu dan Ayahnya.” Tutur Echi lembut. Dan aku sangat kaget mendengar ucapan
itu. Aku berlari ke dalam rumah dan mendapati adikku Wynne terbujur kaku di
tengah ruangan. Aku sungguh tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
“Wynne,
Wynneee…. Bangun dek, ini kakak, kakak bawain makan siang buat kamu. Kamu
bangun, jangan tidur terus deeek…” ucapku lirih dengan meneteskan air mata.
“Adikmu
meninggal Nak, dia telah tiada. Jangan meratapi semua ini. Ini hanya cobaan
dari Allah. Cobalah untuk tetap tegar Nak.” Ayah Echi mencoba menenangkanku.
“Enggak…
enggak mungkiin, ini nggak mungkiiiiiin… Wynne gak pernah mengeluh sakit selama
ini.” Aku menjerit dan menangis tak terkendali lagi. “ Wynne, kamu gak boleh
tinggalin kakak dek, kakak udah gak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain
kamu. Kamu gak boleh pergi. Kakak sayang sama kamu. Wynneeee banguuuuun…
banguuuun Wynnee… banguun.. banguun deekk….. siapa yang temenin kakak ngaji,
sholat Fardlu, sholat duha, sholat tahajud ?! ,, banguuunn Wynneeee!!!”
“Sudah
Nak, sudaahh… Adikmu harus segera di makamkan sekarang. Kamu jangan nangis
lagi. Relakan dia pergi, kasihan dia. Anggap saja dia telah bahagia disana
bersama kedua orang tuamu Nak Helyaa…” tutur Ayah Echi lembut. Aku tidak bisa
berbuat apapun selain hanya menyaksikan proses pemakaman adikku Wynne.
Wynne,
salam buat Ayah dan Ibu ya dek. Kakak kangeeen banget sama kalian. Kakak gak
akan pernah bisa bahagia tanpa kalian. Selamat jalan. Helya sayang kalian.
Sampai jumpa. L
***seminggu
kemudian***
“Dek,
tolong bawain barang-barang ini ke tempat itu ya dek. Ini sedikit uang buat
kamu.”
“Ehh
iya Bu. Saya bawakan kesana. Terima kasih Bu.” Ucapku sembari menerima uang
dari Ibu tersebut.
Aku
sudah mulai bisa menerima kenyataan kepergian Wynne. Sudah seminggu ini aku
menjalani aktifitasku tanpa Wynne. Aku tetap bersyukur dengan takdirku selama
ini. Karena, masih banyak orang-orang di sekitarku yang bisa memberikan aku
kelangsungan hidup, dengan memberiku sedikit pekerjaan yang halal. Jadi tukang
panggul dan mengantar barang pesanan di Toko Ibu Vibby.
“Sekarang
sudah siang lho Hel, kamu istirahat dulu saja. Nanti kamu kerja lagi. Ada
pesanan barang yang harus di antar setelah Ashar nanti.” Ucap Bu Vibby padaku.
“Iya
Bu. Saya akan sholat Dzuhur dahulu, setelah itu saya mau manggul dulu Bu. Nanti
saya akan kembali secepatnya.” Pamitku.
“Iya
Hel.”
Hari
ini aku puasa, jadi aku akan irit hari ini, karena tidak mengeluarkan uang
untuk makan siang. Lebih baik aku ke Mushola untuk Sholat Dzuhur. Dan setelah
itu pergi ke pasar lagi.
“Pa,
setiap Mama lewat daerah sini, Mama selalu menemui gadis kecil itu Pa disini,
sepertinya dia bekerja di sini. Orang tuanya dimana ya Pa.” Ucap seorang wanita
cantik pada suaminya.
“Papa
juga gak ngerti Ma, papa aja baru sekali ini mampir sholat disini.” Jawab suami
Wanita tersebut.
“Dia
rajin sekali beribadah Pa, Mama sudah lama ingin memiliki anak yang Sholehah
seperti dia. Kita tanyai yuk Pa, dia masih punya orang tua atau tidak. Kalo’
enggak punya, kita adopsi saja Pa.”
“Mama
yakin ?, mama kan enggak kenal sama dia. Kalo’ dia bukan anak baik-baik gimana
?”
“Mama
yakin Pa.” Wanita itu menggandeng suaminya dan mendekat padaku yang masih merapikan
mukena.
“Nak,
siapa nama kamu?” Tanya wanita itu padaku.
“Aku
Helya Bu. Ada yang bisa saya bantu ?” tanyaku balik.
“hhmmmb…
Ibu mau bertanya sama kamu. Boleh Nak ?”
“Boleh
Bu. Mau tanya apa ?” ucapku lembut.
“Ibu
lihat, kamu setiap hari ada di pasar ini. Rumah kamu mana ?”
“Iya
bu, saya pasti setiap hari ada di pasar ini, karena hanya tempat ini yang dapat
menyampaikan rezeki dari Allah pada saya. Rumah saya di desa belakang pasar
ini, kira-kira 2 km dari sini Bu.”
“Orang
tua kamu dimana?, kok kamu kerja cari makan sendiri?, terus sekolah kamu gimana
Nak?”
Aku
meneteskan air mata, dan aku ceritakan semua pada Wanita cantik bagaikan Peri
ini. “Saya hidup sebatang kara disini Bu. Orang tua saya meninggal 2 tahun yang
lalu, saya juga sudah tidak memiliki sanak saudara sama sekali. Dan sebenarnya
saya hidup dengan adik saya, tapi dia telah meninggal seminggu yang lalu. Soal
sekolah, makan saja sudah susah carinya, setiap hari harus puasa Bu. Jadi saya
tidak sanggup untuk membiayai sekolah saya sendiri.”
“hloo,
kenapa mereka semua bisa meninggal Nak ?”
“Orang
tua saya meninggal karena kecelakaan saat bersama sanak saudara saya, tak ada
satupun yang selamat. Dan adik saya meninggal itu karena kesalahan saya Bu.
Kata tetangga saya, dia menahan tidak makan berhari-hari karena tidak ingin
merepotkan saya. Saya sangat merasa bersalah dengan kematian adik saya, hingga
saat ini saya belum bisa memaafkan diri saya sendiri.”
“Itu
semua cobaan dari Yang Maha Kuasa Nak. Jangan menangis lagi. Ibu juga ikut
sedih. Asal kamu tau Nak. Kami ingiiiin sekali memiliki seorang anak, kamu mau
kan jadi anak kami?, kami janji, akan menyayangi kamu seperti anak kandung kami
sendiri. Orang di pasar ini sudah banyak yang kenal sama Ibu. Jangan takut Nak.
Kami orang baik-baik.”
“Terima
kasih banyak Bu atas kebaikan hati Ibu dan Bapak. Tapi saya harus hidup sendiri
disini. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Ayah dan Ibu kandung saya Bu,
walaupun mereka telah tiada, tapi mereka tetap hidup bersama saya, di dalam
hati saya.”
“Tapi
Nak, ibu boleh kan menganggap kamu anak Ibu sendiri, dan menyekolahkan kamu?”
“Tidak
perlu Bu. Terima kasih banyak. Saya tidak pantas hanya duduk di sekolah saja.
Saya harus bekerja disini. Saya tidak bisa meninggalkan tempat ini Bu. Ma’afkan
saya. Saya harus bekerja sekarang.” Aku lalu pergi meninggalkan kedua orang
itu.
“Sampai
jumpa Nak. Yakinlah semua ini adalah yang terbaik dari Allah buat kamu Helya.”
Teriak wanita tersebut padaku dari mushola.
“Iya
Bu. Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum
salam !!”
***
Bbrrraaaakkk!!!
…...
Aku
sudah setengah tak sadarkan diri terlentang di tengah jalanan, terdapat
berserakan alat-alat rumah tangga yang tadinya aku panggul menyeberang jalan
ini. Kepalaku sangat sakit berlumuran darah. Terdengar sayup-sayup orang
berteriak-teriak.
“Tolong
Bu, Pak,,, ada kecelakaan iniii.. tolooong !! bawa kendaraan apapun kesini,
tolong gadis ini ceppaaat, darahnya tak dapat berhenti mengalir keluar.”
Dimana
suara orang tersebut?, tiba-tiba menghilang tak terdengar lagi. Sesaat setelah
itu, aku melihat semua di sekitarku serasa seperti berembun tebal, dan ajaib..
kepalaku sudah tidak terasa sakit sama sekali. Aku melihat jelas sosok Adikku
Wynne berjalan mendekatiku dan di belakangnya ada Ayah dan Ibu yang juga
menghampiriku. Tiada kata-kata lagi, aku sangat bahagia dapat melihat mereka,
mereka tersenyum, sungguh nyata. Mereka menjemputku untuk pergi bersama mereka.
Aku menggapai tangan mereka yang mereka ulurkan padaku. Aku tersenyum bahagia
dan berjalan bersama mereka. Pergi meninggalkan tempat ini. J J J J
Selamat
tinggal …..
By : UER
0 komentar:
Posting Komentar