Sabtu, 11 Mei 2013

Smile In The Rain


Kriiingg... !!
Bel pergantian pelajaran pertama telah berbunyi. Qeynan telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya yang tak sempat dia kerjakan di rumah karena waktunya telah ia habiskan untuk berobat dan cuci darah. Ya, kemarin dia harus menjalani cuci darah karena tiap minggu dia harus menjalani pengobatan rutin ini. Semenjak dia lahir, ginjalnya sudah tidak berfungsi sebelah. Telah lama dia menunggu donor ginjal yang sesuai. Sudah sangat lama dia menunggu dengan sabar, tapi tak ada satupun yang cocok dengan dia.
Qeynan bagaikan prince love di SMK Duta Bangsa Yogyakarta, bagaimana tidak? Dimanapun dia berada, dia selalu membuat orang kagum dan terpesona dengan style nya itu. Namun, para ladies yang terikat pada pesona Qeynan harus menerima kenyataan bahwa Qeynan telah memiliki Queen Love, yaitu ketua OSIS di SMK Duta Bangsa, Gyssa Levara Anydhariza.
“Hai Qey, kemana aja kamu kemarin ?, gak kasih kabar ke aku sama sekali?” tanya Gyssa.
Qeynan diam sejenak untuk mencari alasan yang tepat. “hhmm, aku kemarin ada acara keluarga di Panti Gys, sama tante juga. Maaf  ya gak bisa kasih kabar ke kamu dulu.” Qeynan terpaksa berbohong.
“Nothing, gak apa-apa, yang penting kamu gak jalan sama para ladies.”
“Gak mungkin lah Gys...”
“Okee, nanti siang ada perlombaan antar Club. Lomba couple run, ntar kita di suruh mewakili Art Club. Mau kan?” ajak Gyssa dengan penuh memohon.
“Iyaa... aku mau kok,kalau couplenya sama kamu, kenapa enggak.” jawab Qeynan tanpa ragu.
***
Siang itu sudah ramai sekali di lapangan Baseball belakang sekolah, sudah tampak siap dengan costumnya yang mencolok dari Art Club. Ya, Qeynan dan Gyssa menjadi peserta nomor urut pertama dalam perlombaan couple run ini.
Lombanya tidak memerlukan waktu yang lama. Hanya beberapa menit, dan akhirnya sampai pada ujung acara yaitu Babak Final perlombaan untuk memenangkan juara pertama, kedua, dan ketiga. Pesertanya termasuk Qeynan dan juga Gyssa.
“priiiiitt...” peluit pun telah ditiup, dan mereka berlari dengan sangat semangat. Tapi, di tengah rute lari, Qeynan merasakan sakit di bagian perutnya. Tapi dengan sekuat tenaga dia berlari terus dan terus. Akhirnya dia sampai pada garis Finish, tetapi dengan mendapat gelar ‘Juara Kedua’. Gyssa terlihat sangat kecewa dengan Qeynan yang tiba-tiba melambat tanpa sebab di tengah perlombaan. Garis wajah Gyssa sudah bisa ditebak Oleh Qeynan.
“Maafin aku ya Gys, tadi aku agak lambat larinya” ucap Qeynan dengan terengah-engah.
“Gak apa-apa Qey, udah terlanjur... lupain aja, itu kan hanya kompetisi di sekolah aja.” Jawab Gyssa dengan cueknya.
“Tapi aku tau, kamu dan temen-temen pasti kecewa sama aku tadi.”
“Enggak... tenang aja.”
“Tapi Gys..”
“Ssstt... udah lahh... gak apa-apa, aku masih ada urusan sama Senior. Aku duluan ya Qey.” Gyssa lalu pergi meninggalkan Qeynan sendirian yang masih saja memegangi perutnya.
Qeynan masih saja merasa bersalah. Andaikan dia tidak sakit perut tadi di tengah lapangan, pasti dia akan menjadi Juara pertama dan tidak akan membuat Gyssa kecewa. Qeynan sangat kesal dan masih tetap menyalahkan dirinya sendiri.
***

Sakit Qeynan semakin menjadi malam ini. Ibunya mengetahuinya saat Qeynan mengeluh di dalam kamar. Padahal ada Gyssa datang untuk menemuinya.
“Qey... kamu kenapa Nak ?,, sakit perut?” tanya Ibu.
“Iya Bu... sakit bangeeet... kenapa ya Buu, dari tadi siang malah semakin sakit Buu..” keluh Qeynan.
“Ibu juga gak ngerti Qey, Ibu panggil dokter saja ya..?”
“Jangan Bu... Aku gak mau kalau nanti ujung-ujungnya aku harus ke Rumah Sakit lagi. Qeynan udah bosen Bu. Selalu saja ke Rumah Sakit, mana sih rumah Qeynan yang sebenarnya... di sini atau di rumah sakit ?”
“Qey... jangan ngomong gitu, rumah sakit lebih tau tentang sakit kamu Nak. ..Ooh iya, ibu lupa, itu di depan ada Gyssa cari kamu. Biar Gyssa kesini saja ya. Dan temani kamu. Ibu mau panggil dokter dulu. Itu pasti kamu Kumat lagi sakitnya Nak...” Ibu Qeynan sangat khawatir dengan Qeynan.
“Gyssa Buu??... suruh pulang aja, bilang ke dia kalau aku udah tidur, tolong Bu, jangan kasih tau ke Gyssa kalau aku sakit. Pliiiiss Buuu.”
“Iya, iya.. iyaa.... tenang dulu Qey, ibu akan kembali..”Ibu keluar kamar dan memberi tau Gyssa bahwa Qeynan telah tidur. Dan ibu juga menelfon Dokter spesialis penyakit Ginjal yang telah merawat Qeynan selama ini.
***
“Bu Fiqah...” panggil dokter Hana membangunkan Ibu Qeynan dari lamunannya.
“Eehhh... iya Dokter, gimana Qeynan..?” tanyanya pada Dokter Hana dengan sangat khawatir.
“Bu Fiqah, saya sudah angkat tangan dengan Ginjal Qeynan ini Bu. Ini sudah sangat parah dan tak ada satupun pendonor yang sesuai dengan Ginjal Qeynan.”
“Segitu parahnya Dok?” Ibu meneteskan air mata.
“Iya bu, saya sudah tidak sanggup lagi menangani Qeynan. Saya sangat mohon maaf Bu. Hanya ginjal Almarhum Ayah Qeynan saja yang cocok dengan ginjal dia. Tetapi semua telah lalu Bu. Kini sudah tak ada harapan lagi untuk Qeynan.”
“Maksud dokter apaa ??...” tangis Ibu Qeynan semakin menjadi dan terdengar oleh Qeynan dari dalam kamarnya.
“Dia sudah tidak memiliki waktu lama.”
“Lalu apa yang harus saya lakukan dok?... apaa??”
“Hanya keajaiban dari Allah saja yang dapat mengubah takdir ini Bu.”
Ibu Qeynan sudah tak tahan lagi menahan tangisnya. Setelah dokter tersebut pergi, beliau hanya duduk di lantai dengan memegangi foto Qeynan dan Almarhum Ayah Qeynan yang telah meninggal 17 tahun yang lalu sebelum Qeynan lahir. Dalam hatinya terbersit suatu pemikiran. “Apakah aku harus kehilangan Qeynan?, apa aku harus hidup sendiri di dunia yang fana’ ini?, aku tak rela bila harus kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kedua kalinya. Aku gak bisaaa... aku gak bisa.....”
Lalu Ibu Qeynan masuk ke dalam kamar Qeynan.
“Qey... are you okay?” tanyanya lirih dengan air yang terus mengalir.
“Aku gak apa-apa Bu, nanti juga hilang sakitnya. Tadi Qeynan ikut lomba lari. Qeynan dapat juara 2 Bu..” ucap Qeynan dengan senyumnya.
“Harusnya kamu kan gak boleh lelah Qey...”
“Gak apa-apa Bu, aku hanya ingin menyenangkan hati Gyssa untuk sekali ini saja. Karena aku tau Bu, aku gak bisa lama-lama disini. Ayah udah bilang ke aku semalam dalam mimpiku Bu. Ayah bilang, aku akan pergi sama Ayah suatu hari.”
“Kamu gak boleh ngomong gitu Qey. Ibu gak mau kamu ngomong kayak gini Nak. Ibu akan selalu berusaha mencari pendonor untuk kamu sayang.”
“jangan Bu, Qeynan gak perlu pendonor, Qeynan hanya ingin melihat Ibu senyum saat aku nanti mau pulang ke Allah. Aku harap Ibu senyum saat malaikat di sampingku.”
Ibunya pun memeluk tubuh Qeynan yang lemah dengan erat dan derai air mata keduanya yang tak henti menetes membasahi selimut tebal yang membalut tubuh Qeynan.
***
“Tante, Qeynan ada?... kenapa tadi Qeynan gak masuk sekolah Tan?” tanya Gyssa dengan sangat khawatir.
“Ada Nak, Qeynan ada di kamarnya... Dia sakit, jadi gak bisa masuk sekolah tadi.” Jelas Ibu Qeynan.
“Gyssa boleh jenguk Qeynan Tan ?”
“Boleh, dia baik-baik saja Nak... jangan khawatirkan Qeynan,,”
Akhirnya Gyssa ke kamar Qeynan dan langsung membuka pintunya. Air matanya mengalir tak tertahan saat melihat Prince Love nya terbaring lemah dan sangat pucat tanpa daya.
“Qeynaaann.... kamu kenapa?, kamu sakit gara-gara aku ya?, maafin aku Qey, aku gak tau sebelumnya kalau kamu kurang enak badan, kamu pucat banget...” Gyssa sangat khawatir.
“Gyssa, aku gak pengen ngomong banyak lagi ke kamu. Aku cuma pengen kita udahan sampai sini aja... Lebih baik jadi sahabat aja, daripada aku jadi Prince Love yang gak bisa bikin kamu senyum”
“Maksud kamu apa Qeey?”
“Aku gak suka sama kamu... aku pengen kamu tinggalin aku aja, jangan pernah temui aku lagi Gys... maafin aku.” Ucap Qeynan lirih.
Tanpa Gyssa sadari, dia menangis sejadi-jadinya. Dia gak percaya mendengar perkataan Qeynan, Prince Love nya selama ini telah tega melukai hatinya disaat dia juga merasa bersalah karena telah membuat Qeynan sakit. Gyssa sangat menyayangi Qeynan. Lebih dari dia mencintai nyawanya sendiri. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Gyssa keluar kamar dan langsung pulang tanpa berpamitan dengan Ibu Qeynan.
***4 days later***

“Gyssa, kamu kok jadi pemurung gini sih... tugas OSIS kan banyak banget Gys, gimana sih?, ada masalah sama Qeynan?” tanya Hilya.
“Aku bubaran sama Qeynan 4 hari lalu Hil..”
“Bubaran???.... kamu bercanda Gys, buktinya ini ada surat dari Ibunya Qeynan. Katanya ini dari Qeynan buat kamu. Karena Qeynan belum bisa masuk sekolah, jadi surat ini di titipin ke aku tadi..”
“Dari Qeynan?, buat aku?, ya udah Hil... makasih yaa..”
“Okey Guys,, “ Lalu Hilya meninggalkan Gyssa sndirian. Memberikan waktu untuk Gyssa.


***


Air mata itu tak tahan lagi untuk mengalir menganak sungai di kedua pipi Gyssa. Dia sangat tidak percaya membaca surat itu, dia langsung berlari ke TPU Harapan Kasih yang tempatnya jauh dari sekolah. Gyssa berlari dan masih terus berlari menyusuri jalan.
Tangisnya semakin menjadi ketika hujan berpetir turun begitu saja seakan menutupi air mata Gyssa. Hujan tau, betapa Gyssa ingin menutupi air matanya dengan senyum untuk Qeynan. Mungkin inilah cara Allah untuk membuat Gyssa sadar, betapa bodohnya dia telah menjatuhkan air mata dan menyembunyikan senyumnya bersama hujan siang ini.
Dari kejauhan, Gyssa melihat makam baru dengan tanah merah yang bertaburkan bunga dan batu nisan bertuliskan nama Qeynan lengkap dengan fotonya. Kaki Gyssa seakan lumpuh dan tak kuat lagi berdiri, dia berlari mendekati makam itu dan terjatuh disana. Tak ada kata apapun yang mampu terucap dari mulut Gyssa, dia memeluk batu nisan itu, dia menangis berlumuran tanah merah dimana dia terjatuh.
“Qeeeyy........ ini nggak mungkiiiin,, Qeynaaaaaaaann !!, jangan tinggalin aku Qey, aku sayang sama kamu. Kamu jangan pergi Qeeeeeeyy....” Gyssa menjerit di tengah hujan lebat siang ini.
“Gyssa, ikhlaskan Qeynan Nak, ini yang terbaik untuk Qeynan. Ibu tau, ini berat buat kamu terima, tapi biarkan Qeynan pergi Nak, jangan tangisi dia, berikan apa yang dia minta sama kamu, tersenyumlah untuk hari ini.” Suara lembut Ibu Qeynan menenangkan hati Gyssa.
Di bawah hujan ini, Ibu Qeynan menceritakan semua yang terjadi pada Qeynan. Gyssa sangat mengerti sekarang, Qeynan menyembunyikan tentang penyakitnnya dari Gyssa, dan dia ingin Gyssa selalu tersenyum. Saat bersama ataupun saat terpisah.
Dengan menatap ke langit yang hitam, Gyssa dan juga Ibu Qeynan tersenyum bahagia dari hati yang paling dalam, hanya untuk Qeynan, hanya Qeynan. J J



                                                                                                By : UER

0 komentar:

© Schreiben | Powered by Blogger