Kriiingg... !!
Bel pergantian pelajaran pertama telah berbunyi. Qeynan
telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya yang tak sempat dia kerjakan di
rumah karena waktunya telah ia habiskan untuk berobat dan cuci darah. Ya,
kemarin dia harus menjalani cuci darah karena tiap minggu dia harus menjalani
pengobatan rutin ini. Semenjak dia lahir, ginjalnya sudah tidak berfungsi
sebelah. Telah lama dia menunggu donor ginjal yang sesuai. Sudah sangat lama
dia menunggu dengan sabar, tapi tak ada satupun yang cocok dengan dia.
Qeynan bagaikan prince
love di SMK Duta Bangsa Yogyakarta, bagaimana tidak? Dimanapun dia berada,
dia selalu membuat orang kagum dan terpesona dengan style nya itu. Namun, para ladies yang terikat pada pesona Qeynan
harus menerima kenyataan bahwa Qeynan telah memiliki Queen Love, yaitu ketua OSIS di SMK Duta Bangsa, Gyssa Levara
Anydhariza.
“Hai Qey, kemana aja kamu kemarin ?, gak kasih kabar ke
aku sama sekali?” tanya Gyssa.
Qeynan diam sejenak untuk mencari alasan yang tepat.
“hhmm, aku kemarin ada acara keluarga di Panti Gys, sama tante juga. Maaf ya gak bisa kasih kabar ke kamu dulu.” Qeynan
terpaksa berbohong.
“Nothing, gak apa-apa, yang penting kamu gak jalan sama
para ladies.”
“Gak mungkin lah Gys...”
“Okee, nanti siang ada perlombaan antar Club. Lomba couple run, ntar kita di suruh mewakili Art Club. Mau kan?” ajak Gyssa dengan
penuh memohon.
“Iyaa... aku mau kok,kalau couplenya sama kamu, kenapa enggak.” jawab Qeynan tanpa ragu.
***
Siang itu sudah ramai sekali di lapangan Baseball belakang sekolah, sudah tampak
siap dengan costumnya yang mencolok dari Art
Club. Ya, Qeynan dan Gyssa menjadi peserta nomor urut pertama dalam
perlombaan couple run ini.
Lombanya tidak memerlukan waktu yang lama. Hanya beberapa
menit, dan akhirnya sampai pada ujung acara yaitu Babak Final perlombaan untuk
memenangkan juara pertama, kedua, dan ketiga. Pesertanya termasuk Qeynan dan
juga Gyssa.
“priiiiitt...” peluit pun telah ditiup, dan mereka
berlari dengan sangat semangat. Tapi, di tengah rute lari, Qeynan merasakan
sakit di bagian perutnya. Tapi dengan sekuat tenaga dia berlari terus dan
terus. Akhirnya dia sampai pada garis Finish, tetapi dengan mendapat gelar
‘Juara Kedua’. Gyssa terlihat sangat kecewa dengan Qeynan yang tiba-tiba
melambat tanpa sebab di tengah perlombaan. Garis wajah Gyssa sudah bisa ditebak
Oleh Qeynan.
“Maafin aku ya Gys, tadi aku agak lambat larinya” ucap
Qeynan dengan terengah-engah.
“Gak apa-apa Qey, udah terlanjur... lupain aja, itu kan
hanya kompetisi di sekolah aja.” Jawab Gyssa dengan cueknya.
“Tapi aku tau, kamu dan temen-temen pasti kecewa sama aku
tadi.”
“Enggak... tenang aja.”
“Tapi Gys..”
“Ssstt... udah lahh... gak apa-apa, aku masih ada urusan
sama Senior. Aku duluan ya Qey.” Gyssa lalu pergi meninggalkan Qeynan sendirian
yang masih saja memegangi perutnya.
Qeynan masih saja merasa bersalah. Andaikan dia tidak
sakit perut tadi di tengah lapangan, pasti dia akan menjadi Juara pertama dan
tidak akan membuat Gyssa kecewa. Qeynan sangat kesal dan masih tetap
menyalahkan dirinya sendiri.
***
Sakit Qeynan semakin menjadi malam ini. Ibunya
mengetahuinya saat Qeynan mengeluh di dalam kamar. Padahal ada Gyssa datang
untuk menemuinya.
“Qey... kamu kenapa Nak ?,, sakit perut?” tanya Ibu.
“Iya Bu... sakit bangeeet... kenapa ya Buu, dari tadi
siang malah semakin sakit Buu..” keluh Qeynan.
“Ibu juga gak ngerti Qey, Ibu panggil dokter saja ya..?”
“Jangan Bu... Aku gak mau kalau nanti ujung-ujungnya aku
harus ke Rumah Sakit lagi. Qeynan udah bosen Bu. Selalu saja ke Rumah Sakit,
mana sih rumah Qeynan yang sebenarnya... di sini atau di rumah sakit ?”
“Qey... jangan ngomong gitu, rumah sakit lebih tau tentang
sakit kamu Nak. ..Ooh iya, ibu lupa, itu di depan ada Gyssa cari kamu. Biar
Gyssa kesini saja ya. Dan temani kamu. Ibu mau panggil dokter dulu. Itu pasti
kamu Kumat lagi sakitnya Nak...” Ibu Qeynan sangat khawatir dengan Qeynan.
“Gyssa Buu??... suruh pulang aja, bilang ke dia kalau aku
udah tidur, tolong Bu, jangan kasih tau ke Gyssa kalau aku sakit. Pliiiiss
Buuu.”
“Iya, iya.. iyaa.... tenang dulu Qey, ibu akan
kembali..”Ibu keluar kamar dan memberi tau Gyssa bahwa Qeynan telah tidur. Dan
ibu juga menelfon Dokter spesialis penyakit Ginjal yang telah merawat Qeynan
selama ini.
***
“Bu Fiqah...” panggil dokter Hana membangunkan Ibu Qeynan
dari lamunannya.
“Eehhh... iya Dokter, gimana Qeynan..?” tanyanya pada
Dokter Hana dengan sangat khawatir.
“Bu Fiqah, saya sudah angkat tangan dengan Ginjal Qeynan
ini Bu. Ini sudah sangat parah dan tak ada satupun pendonor yang sesuai dengan
Ginjal Qeynan.”
“Segitu parahnya Dok?” Ibu meneteskan air mata.
“Iya bu, saya sudah tidak sanggup lagi menangani Qeynan.
Saya sangat mohon maaf Bu. Hanya ginjal Almarhum Ayah Qeynan saja yang cocok
dengan ginjal dia. Tetapi semua telah lalu Bu. Kini sudah tak ada harapan lagi
untuk Qeynan.”
“Maksud dokter apaa ??...” tangis Ibu Qeynan semakin
menjadi dan terdengar oleh Qeynan dari dalam kamarnya.
“Dia sudah tidak memiliki waktu lama.”
“Lalu apa yang harus saya lakukan dok?... apaa??”
“Hanya keajaiban dari Allah saja yang dapat mengubah
takdir ini Bu.”
Ibu Qeynan sudah tak tahan lagi menahan tangisnya.
Setelah dokter tersebut pergi, beliau hanya duduk di lantai dengan memegangi
foto Qeynan dan Almarhum Ayah Qeynan yang telah meninggal 17 tahun yang lalu
sebelum Qeynan lahir. Dalam hatinya terbersit suatu pemikiran. “Apakah aku
harus kehilangan Qeynan?, apa aku harus hidup sendiri di dunia yang fana’ ini?,
aku tak rela bila harus kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kedua
kalinya. Aku gak bisaaa... aku gak bisa.....”
Lalu Ibu Qeynan masuk ke dalam kamar Qeynan.
“Qey... are you okay?” tanyanya lirih dengan air yang
terus mengalir.
“Aku gak apa-apa Bu, nanti juga hilang sakitnya. Tadi
Qeynan ikut lomba lari. Qeynan dapat juara 2 Bu..” ucap Qeynan dengan
senyumnya.
“Harusnya kamu kan gak boleh lelah Qey...”
“Gak apa-apa Bu, aku hanya ingin menyenangkan hati Gyssa
untuk sekali ini saja. Karena aku tau Bu, aku gak bisa lama-lama disini. Ayah
udah bilang ke aku semalam dalam mimpiku Bu. Ayah bilang, aku akan pergi sama
Ayah suatu hari.”
“Kamu gak boleh ngomong gitu Qey. Ibu gak mau kamu
ngomong kayak gini Nak. Ibu akan selalu berusaha mencari pendonor untuk kamu
sayang.”
“jangan Bu, Qeynan gak perlu pendonor, Qeynan hanya ingin
melihat Ibu senyum saat aku nanti mau pulang ke Allah. Aku harap Ibu senyum
saat malaikat di sampingku.”
Ibunya pun memeluk tubuh Qeynan yang lemah dengan erat dan
derai air mata keduanya yang tak henti menetes membasahi selimut tebal yang
membalut tubuh Qeynan.
***
“Tante, Qeynan ada?... kenapa tadi Qeynan gak masuk
sekolah Tan?” tanya Gyssa dengan sangat khawatir.
“Ada Nak, Qeynan ada di kamarnya... Dia sakit, jadi gak
bisa masuk sekolah tadi.” Jelas Ibu Qeynan.
“Gyssa boleh jenguk Qeynan Tan ?”
“Boleh, dia baik-baik saja Nak... jangan khawatirkan
Qeynan,,”
Akhirnya Gyssa ke kamar Qeynan dan langsung membuka
pintunya. Air matanya mengalir tak tertahan saat melihat Prince Love nya terbaring lemah dan sangat pucat tanpa daya.
“Qeynaaann.... kamu kenapa?, kamu sakit gara-gara aku
ya?, maafin aku Qey, aku gak tau sebelumnya kalau kamu kurang enak badan, kamu
pucat banget...” Gyssa sangat khawatir.
“Gyssa, aku gak pengen ngomong banyak lagi ke kamu. Aku
cuma pengen kita udahan sampai sini aja... Lebih baik jadi sahabat aja,
daripada aku jadi Prince Love yang
gak bisa bikin kamu senyum”
“Maksud kamu apa Qeey?”
“Aku gak suka sama kamu... aku pengen kamu tinggalin aku
aja, jangan pernah temui aku lagi Gys... maafin aku.” Ucap Qeynan lirih.
Tanpa Gyssa sadari, dia menangis sejadi-jadinya. Dia gak
percaya mendengar perkataan Qeynan, Prince
Love nya selama ini telah tega melukai hatinya disaat dia juga merasa
bersalah karena telah membuat Qeynan sakit. Gyssa sangat menyayangi Qeynan.
Lebih dari dia mencintai nyawanya sendiri. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi,
Gyssa keluar kamar dan langsung pulang tanpa berpamitan dengan Ibu Qeynan.
***4
days later***
“Gyssa, kamu kok jadi pemurung gini sih... tugas OSIS kan
banyak banget Gys, gimana sih?, ada masalah sama Qeynan?” tanya Hilya.
“Aku bubaran sama Qeynan 4 hari lalu Hil..”
“Bubaran???.... kamu bercanda Gys, buktinya ini ada surat
dari Ibunya Qeynan. Katanya ini dari Qeynan buat kamu. Karena Qeynan belum bisa
masuk sekolah, jadi surat ini di titipin ke aku tadi..”
“Dari Qeynan?, buat aku?, ya udah Hil... makasih yaa..”
“Okey Guys,, “ Lalu Hilya meninggalkan Gyssa sndirian.
Memberikan waktu untuk Gyssa.
***
Air mata itu tak tahan lagi untuk mengalir menganak
sungai di kedua pipi Gyssa. Dia sangat tidak percaya membaca surat itu, dia langsung
berlari ke TPU Harapan Kasih yang tempatnya jauh dari sekolah. Gyssa berlari
dan masih terus berlari menyusuri jalan.
Tangisnya semakin menjadi ketika hujan berpetir turun
begitu saja seakan menutupi air mata Gyssa. Hujan tau, betapa Gyssa ingin menutupi
air matanya dengan senyum untuk Qeynan. Mungkin inilah cara Allah untuk membuat
Gyssa sadar, betapa bodohnya dia telah menjatuhkan air mata dan menyembunyikan
senyumnya bersama hujan siang ini.
Dari kejauhan, Gyssa melihat makam baru dengan tanah merah
yang bertaburkan bunga dan batu nisan bertuliskan nama Qeynan lengkap dengan
fotonya. Kaki Gyssa seakan lumpuh dan tak kuat lagi berdiri, dia berlari
mendekati makam itu dan terjatuh disana. Tak ada kata apapun yang mampu terucap
dari mulut Gyssa, dia memeluk batu nisan itu, dia menangis berlumuran tanah
merah dimana dia terjatuh.
“Qeeeyy........ ini nggak mungkiiiin,, Qeynaaaaaaaann !!,
jangan tinggalin aku Qey, aku sayang sama kamu. Kamu jangan pergi
Qeeeeeeyy....” Gyssa menjerit di tengah hujan lebat siang ini.
“Gyssa, ikhlaskan Qeynan Nak, ini yang terbaik untuk
Qeynan. Ibu tau, ini berat buat kamu terima, tapi biarkan Qeynan pergi Nak,
jangan tangisi dia, berikan apa yang dia minta sama kamu, tersenyumlah untuk
hari ini.” Suara lembut Ibu Qeynan menenangkan hati Gyssa.
Di bawah hujan ini, Ibu Qeynan menceritakan semua yang
terjadi pada Qeynan. Gyssa sangat mengerti sekarang, Qeynan menyembunyikan
tentang penyakitnnya dari Gyssa, dan dia ingin Gyssa selalu tersenyum. Saat
bersama ataupun saat terpisah.
Dengan menatap ke langit yang hitam, Gyssa dan juga Ibu
Qeynan tersenyum bahagia dari hati yang paling dalam, hanya untuk Qeynan, hanya Qeynan. J J
By : UER
0 komentar:
Posting Komentar